Kata "merdeka" selalu menjadi buah bibir kala Agustus dijelang. Pada bulan ini pula, pembicaraan mengenai persatuan dan nasional menjadi topik hangat, terutama mendekati tanggal 17 Agustus, Hari Kemerdekaan RI. Tahun 2009, usia 64 tahun akan dikecap bangsa ini. Sudahkah arti "merdeka" yang sesungguhnya berhasil diraih?
Sejarawan, JJ Rizal, mengatakan, 64 tahun bukanlah usia yang terbilang muda. Di usia yang sudah "tua" ini, menurut dia, kemerdekaan seharusnya semakin dewasa. "64 tahun itu sudah tua, kemerdekaan seharusnya tumbuh menjadi dewasa. Tapi sekarang bukannya dewasa, tapi malah seperti anak-anak. Lihat saja, ada capres yang merisaukan santet," kata Rizal dalam diskusi "Sekali Merdeka Tetap Menderita" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (15/8).
Kemerdekaan pada hakikatnya memberikan keadilan dan kemakmuran secara merata kepada masyarakat. "Kita harus mengembalikan ukuran apa yang kita mau capai dengan kemerdekaan. Lepaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan," ujarnya.
Direktur Eksekutif Nasional LBH Rakyat Suma Mihardja berpendapat, pembangunan di berbagai bidang belum tersebar secara merata. Hal ini, menurut dia, karena hukum yang menjadi landasan pembangunan berparadigma liberal. "Hukum dengan paradigma liberal akan cenderung melindungi individu dan tidak berpihak kepada masyarakat miskin," kata Suma.
Bagi masyarakat miskin, lanjutnya, kemerdekaan tetap masih membawa penderitaan. "Padahal, tujuan negara seharusnya menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Tapi lihatlah saat ini, kesenjangan ada di mana-mana," ujar dia.
Persoalan kesenjangan diamini oleh pengamat politik M Qodari. Qodari menilai, hal ini justru menjadi permasalahan utama yang masih mewarnai Indonesia. "Pemerintah seharusnya bisa mendekatkan antara harapan dan kenyataan," kata Qodari.
.indosat {font: bold italic 12px Tahoma;}
Sejarawan, JJ Rizal, mengatakan, 64 tahun bukanlah usia yang terbilang muda. Di usia yang sudah "tua" ini, menurut dia, kemerdekaan seharusnya semakin dewasa. "64 tahun itu sudah tua, kemerdekaan seharusnya tumbuh menjadi dewasa. Tapi sekarang bukannya dewasa, tapi malah seperti anak-anak. Lihat saja, ada capres yang merisaukan santet," kata Rizal dalam diskusi "Sekali Merdeka Tetap Menderita" di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (15/8).
Kemerdekaan pada hakikatnya memberikan keadilan dan kemakmuran secara merata kepada masyarakat. "Kita harus mengembalikan ukuran apa yang kita mau capai dengan kemerdekaan. Lepaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan," ujarnya.
Direktur Eksekutif Nasional LBH Rakyat Suma Mihardja berpendapat, pembangunan di berbagai bidang belum tersebar secara merata. Hal ini, menurut dia, karena hukum yang menjadi landasan pembangunan berparadigma liberal. "Hukum dengan paradigma liberal akan cenderung melindungi individu dan tidak berpihak kepada masyarakat miskin," kata Suma.
Bagi masyarakat miskin, lanjutnya, kemerdekaan tetap masih membawa penderitaan. "Padahal, tujuan negara seharusnya menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Tapi lihatlah saat ini, kesenjangan ada di mana-mana," ujar dia.
Persoalan kesenjangan diamini oleh pengamat politik M Qodari. Qodari menilai, hal ini justru menjadi permasalahan utama yang masih mewarnai Indonesia. "Pemerintah seharusnya bisa mendekatkan antara harapan dan kenyataan," kata Qodari.
.indosat {font: bold italic 12px Tahoma;}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar